Di tahun 2013 Masehi dan sampai akhir hayat ada baiknya kita
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan persiapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik, hal tersebut diisyaratkan oleh Allah Swt. Dalam
firmannya surat al-Hasyr : (59 : 18)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan
hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk
menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”.
Menurut tafsir Syekh Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi
dalam kitabnya Ruhul Ma'ani : " setiap perbuatan manusia yang telah
dilakukan pada masa lalu, mencerminkan
perbuatan dia untuk persiapan diakhirat kelak. Karena hidup didunia bagaikan
satu hari dan keesokan harinya merupakan hari akherat, merugilah manusia yang
tidak mengetahui tujuan utamanya".
Jika kita berfikir tujuan utama manusia hidup didunia ialah mempersiapkan
bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu akherat, lalu sudahkah perbuatan yang
telah dilakukan kita merupakan manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt?.
" حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا "
Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Swt.
yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya diakherat kelak.
Dan
sebaik-baik manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia
lakukan, lalu menatap hari esok yang lebih baik. Sebagaimana Dalam sebuah
ungkapan yang sangat terkenal Rasulullah Saw bersabda, yang artinya : “ Barang
siapa yang hari ini, tahun ini lebih baik dari hari dan tahun yang lalu, dialah
orang yang sukses, tapi siapa yang hari dan tahun ini sama hari dan tahun
kemarin maka dia orang yang tertipu, dan siapa yang hari dan tahun ini lebih
buruk daripada hari dan tahun kemarin maka dialah orang yang terlaknat ”
Untuk itu, takwa harus senantiasa menjadi bekal dan perhiasan kita setiap
tahun, ada baiknya kita melihat kembali jalan untuk menuju takwa. Para ulama
menyatakan setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan mengawali tahun
ini dalam menggapai ketakwaan. Jalan-jalan itu adalah:
1. Muhasabah
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil
hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.
2. Mu’ahadah
إيّاك نعبد و إيّاك نستعين
Hanya kepada-Mu-lah kami
beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong. Kemudian kita berjanji :
ونسكي
ومحياي ومماتي لله رب العالمين إن صلاتي
Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah
Rabb semesta alam. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali mengingat-ingat
janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita
akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan. Inilah
yang disebut dengan mua’ahadah.
3. Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt. Allah menegaskan dalam
firmannya :
والذين
جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Orang-orang yang sungguh (mujahadah) dijalan Kami, Kami akan berikan
hidayah kejalan kami.
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan, hanya
menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki kehidupan
beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi
orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian
tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4. Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali awal tahun dan menutup
tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah dalam bahasa
hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه
يراك "
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah
sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara jalan ketakwaan yang harus kita
persiapkan dalam menyongsong dan mengisi lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah tertanam dengan baik dihati setiap
kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh kisah. Suatu ketika Amirul
Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang
menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai
anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab :
Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja.
Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala
kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika
demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia
pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam
kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat
merasa selalu diawasi oleh Allah dalam segala hal. Itulah yang disebut dengan
muraqabah. Muraqabah adalah hal yang sangat penting ketika kita ingin
menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita ditahun ini dan tahun yang akan
datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap muslim, insya Allah kita tidak akan
terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan
percaya bahwa Allah selalu melihatku maka aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5. Mu’aqabah
Adalah mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah
kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan
kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah
kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan
infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca Al-Qur’an ‘iqoblah
diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal
shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain.
Inilah yang disebut mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya
Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.
Evaluasi diri, mengingat-ingat
janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan
hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika lima hal ini kita jadikan bekal Insya
Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kita akan
selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri kita, insya
Allah.
Sumber : Ustadz Agus Handoko,S.Th.I -pesantrenvirtual.com-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar