Hampir setiap hari kita menggambarkan dan menilai
kepribadian orang-orang di sekitar kita. Disadari atau tidak, ini renungan
harian tentang bagaimana dan mengapa orang berperilaku seperti yang mereka
lakukan mirip dengan apa yang dilakukan psikolog kepribadian.
Sedangkan penilaian informal kami kepribadian cenderung
lebih berfokus pada individu, bukan psikolog kepribadian menggunakan konsepsi
kepribadian yang dapat berlaku untuk semua orang. Kepribadian penelitian telah
mengarah pada pengembangan sejumlah teori yang membantu menjelaskan bagaimana
dan mengapa ciri-ciri kepribadian tertentu berkembang.
Komponen Kepribadian
Walaupun ada berbagai Teori Kepribadian, langkah pertama
adalah untuk memahami apa yang dimaksud dengan istilah kepribadian. Sebuah
definisi singkat akan kepribadian yang terdiri dari pola-pola karakteristik
dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang membuat orang unik . Selain itu,
kepribadian timbul dari dalam individu dan tetap cukup konsisten sepanjang
hidup.
Beberapa karakteristik dasar kepribadian meliputi:
Konsistensi – Ada umumnya perintah untuk dikenali dan
keteraturan perilaku. Pada dasarnya, orang bertindak dengan cara yang sama atau
cara serupa dalam berbagai situasi.
Psikologis dan fisiologis – Kepribadian adalah membangun
psikologis, tetapi penelitian menunjukkan bahwa hal itu juga dipengaruhi oleh
proses-proses biologi dan kebutuhan.
Dampak perilaku dan tindakan – Kepribadian tidak hanya
mempengaruhi bagaimana kita bergerak dan merespon di lingkungan kita, tetapi
juga menyebabkan kita untuk bertindak dengan cara tertentu.
Ekspresi Multiple – Kepribadian ditampilkan di lebih dari
sekedar perilaku. Hal ini juga dapat dilihat dalam pikiran keluar, perasaan,
hubungan dekat, dan interaksi sosial lainnya.
Teori Pengembangan Kepribadian
Pengembangan Kepribadian telah menjadi topik utama yang
menarik bagi beberapa pemikir yang paling menonjol dalam psikologi.
Perkembangan psikologi kepribadian adalah apa yang membuat kita unik, tetapi
bagaimana tepatnya hari ini kita menjadi siapa?
Untuk menjawab pertanyaan ini, teoretisi terkemuka banyak
dikembangkan teori tahap untuk menggambarkan berbagai langkah dan tahapan yang
terjadi di jalan pengembangan kepribadian. Teori-Teori Pengembangan Kepribadian
ini berfokus pada berbagai aspek pengembangan psikologi kepribadian, termasuk
kognitif, perkembangan sosial dan moral.
Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian :
1. Piaget Tahapan Pengembangan Kognitif
Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif tetap salah satu yang paling sering dikutip dalam
psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang cukup. Sementara banyak aspek
teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya tetap penting hari ini:
anak-anak berpikir berbeda daripada orang dewasa. Pelajari lebih lanjut tentang
teori Piaget terobosan dan kontribusi penting dibuat untuk pemahaman kita
tentang pengembangan kepribadian.
2. Freud Tahapan Pembangunan Psikoseksual
Selain menjadi salah satu terbaik tahu pemikir di bidang
pengembangan kepribadian, Sigmund Freud tetap salah satu yang paling
kontroversial. Pada tahap teori terkenal tentang perkembangan psikoseksual,
Freud menyarankan bahwa kepribadian berkembang secara bertahap yang berkaitan
dengan zona erotis tertentu. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan tahap ini,
ia menyarankan, akan menyebabkan masalah kepribadian di masa dewasa.
3. Freud Struktural Model Kepribadian
Konsep Freud tentang id, ego dan superego telah menjadi
terkenal dalam budaya populer, meski kurangnya dukungan dan skeptisisme besar
dari banyak peneliti. Menurut Freud, tiga unsur dari kepribadian-yang dikenal
sebagai id, ego, dan superego-bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia
yang kompleks.
4. Erikson Tahapan Pembangunan Psikososial
Teori Erik Erikson tentang delapan tahap perkembangan
manusia adalah salah satu teori terbaik yang dikenal dalam psikologi. Sementara
teori didasarkan pada tahapan Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson
memilih untuk fokus pada pentingnya hubungan sosial pada pengembangan
kepribadian. Teori ini juga melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan
di seluruh umur.
5. Kohlberg Tahapan Pembangunan Moral
Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan psikologi
kepribadian yang berfokus pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada
proses dua-tahap yang diusulkan oleh Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk
meliputi enam tahapan yang berbeda. Sementara teori tersebut telah dikritik
karena beberapa alasan yang berbeda, termasuk kemungkinan bahwa ia tidak
mengakomodasi jenis kelamin yang berbeda dan budaya yang sama, teori Kohlberg
tetap penting dalam pemahaman kita tentang pengembangan psikologi kepribadian.
Tahapan Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun
dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan
bahwa,
tahapan perkembangan kepribadian yaitu:
1. Masa bayi
(infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari
oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia
sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku
oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada
orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara
asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi
tersebut seringkali bayi menangis.
2. Masa kanak-kanak
awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt.
Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk,
berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang
tuanya, tetapi di pihak lain dia ga
telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali
minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa pra sekolah
(Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut
dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu
dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4. Masa Sekolah
(School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai
kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
5. Masa Remaja
(adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas
diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan,
sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau
kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering
diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada
masing-masing anggota.
6. Masa Dewasa Awal
(Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau
pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebaya, namun pada masa ini ikatan
kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini
timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang
tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7. Masa Dewasa
(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan
kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
8. Masa hari tua
(Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa
ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah
dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan
di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih
memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena
faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam
situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih
ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan
tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
Oleh: Akhmad Sudrajat, M. Pd - belajarpsikologi.com-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar